Monica – Hot Summer
- Home
- Cerita bokep
- Monica – Hot Summer
Namaku Monica, saat ini aku sedang menjalani studi di luar negri, tepatnya di negeri paman Sam. Orang tuaku mengirimku ke luar negeri dengan harapan aku dapat menimba ilmu dengan kualitas yang lebih baik daripada tetap di indonesia, sekalian belajar hidup mandiri kata mereka.
Aku bertempat tinggal di California, karena kesibukanku belajar aku jarang membaur dengan teman-teman kuliah apalagi dengan orang asia, wah ngga sempat deh.
Kejadian ini sudah dua tahun lalu disaat summer holiday, liburan musim panas di amrik. Kebetulan saat itu aku harus mengulangi beberapa mata pelajaran yang gagal, maka aku harus belajar dan menjalani tes susulan di kampus.
Siang itu udara terasa gerah sekali, aku merasa gerah di kamar dan memutuskan untuk keluar ke supermarket untuk membeli minuman dingin. Aku mengenakan celana pendek jeans dan tanktop tanpa BH didalamnya karena aku toh tidak akan pergi berlama-lama pikirku. Tubuhku termasuk tinggi dan ramping, dengan tinggi 169 cm dan ukuran BH 32D, sangat mengganggu jika aku sedang fitness atau olah raga. Aku sering workout sendiri di rumah, bukannya pamer apabila perutku rata dan bahkan cenderung berotot (sedikit terlihat 6 packnya).
Walaupun tidak jauh, aku memilih jalan yang agak memutar karena jalan yang langsung ke tujuan terkenal rawan. Sepanjang perjalanan aku mengulangi lagi rumus-rumus matematika yang harus kupelajari, alhasil aku tidak begitu memperhatikan jalan dan aku terserempet mobil sedan hitam. Untungnya aku hanya lecet-lecet sedikit di tangan kan kakiku, sang pengendara mobil itu langsung turun dan membantuku berdiri. Aku cukup terpesona saat melihatnya, pria tampan berambut pirang, badannya tegap dan berotot, matanya yang hijau mempesonaku sampai aku tergagap-gagap saat menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Setelah kujelaskan bahwa aku tidak apa-apa, dia tetap memaksaku agar aku mampir ke apartemennya yang hanya berjarak beberapa blok dari tempat itu untuk merawat luka-lukaku.
Dalam perjalanan kami berkenalan dan ternyata namanya Patrick. Apartemennya terlihat bersih dan rapi, karena udara terasa panas sekali seperti dalam sauna, Patrick membuka jendela-jendela di apartemennya yang terletak di lantai 4. Patrick mengambil kotak P3K dan mulai membersihkan luka-lukaku setelah memberiku segelas 7UP dingin. Gentleman sekali cowok ini, pandanganku mulai nakal dan mencari2 tanda-tanda apakah dia memiliki pacar atau bahkan seorang istri. Setelah cukup yakin bahwa tak ada satupun foto gadis di apartemennya akupun mulai berani berbincang-bincang dengannya. Patrick ternyata seorang akuntan di perusahaan perbankan ternama, perbincangan kami semakin lama semakin menjurus ke arah relasi. Ternyata dia beberapa bulan yang lalu putus dengan pacarnya. Pacarnya tidak mau memiliki relasi dengan seseorang yang dedicated ke pekerjaannya, Patrick ternyata sering kerja lembur.
Sambil menonton TV kami berbincang-bincang lebih lanjut, entah siapa yang memulai, kami berciuman. Mula-mula ciuman kami lembut dan malu-malu, entah juga karena panasnya siang itu atau karena panasnya gairah kami, ciuman lembut kami berganti menjadi ciuman-ciuman yang panas dan menggebu-gebu. Lidah kami saling bertautan dengan penuh gairah. Sambil menduduki pahanya kami berhadap-hadapan sambil tetap berciuman. Kurasakan ada yang mengganjal di sela-sela selangkanganku, semakin nakal pula aku jadinya, kugoyang-goyang pinggulku untuk lebih merangsangnya. Tangannya meremas-remas pantatku dan disela-sela ciuman kami dia berbisik “you naughty girl ….” aku hanya tertawa kecil sambil tanganku membuka kancing-kancing bajunya. Setelah dadanya yang bidang terpampang kuturunkan ciumanku ke arah putingnya, dia menggelinjang dan mengerang sambil tangannya meremas satu payudaraku yang membuatku bergantian mengerang karena jari-jarinya memainkan putingku yang juga sudah kian mengeras.
“take off your top” katanya kan tidak adil apabila hanya aku yang telanjang. Sambil menegakkan tubuhku, kulepas tanktopku dan kulempar entah kemana, toh sudah basah kuyup oleh keringatku. Aku turun dari pangkuannya dan melepaskan celananya. Mencuatlah sebatang penis yang panjangnya kira-kira 30 cm dan tebalnya membuatku agak pusing. Karena tidak muat sepenuhnya dalam mulutku, aku hanya mengulum sebagian demi sebagian penisnya. Kujilati penisnya sambil kukulum-kulum seperti sedang menikmati permen loli. Sekitar 10 menit aku memberikan fellatio hingga akhirnya Patrick mengangkatku berdiri dan menyuruhku menghadap dinding, tanganku memegang dinding dan membelakanginya sehingga aku tidak bisa melihat apa yang akan dilakukannya. Dilepasnya celanaku beserta celana dalam G-string merahku, posisi ini membuatku berdebar-debar karena aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya ataupun apa yang akan terjadi berikutnya. Beberapa saat tidak terjadi apa-apa, hanya terdengar dengus nafas kami yang sudah dibakar birahi, semua syarafku terasa sensitif sekali, kurasakan butiran-butiran keringatku yang menuruni leherku, punggungku, bahkan butir-butir keringat yang terjatuh dari puting payudaraku, mengirimkan signal geli ke sekujur tubuhku yang menambah keseksian suasana itu.
Akhirnya kurasakan hembusan napas Patrick di leher belakangku, aku berpotongan rambut bob, pendek diatas bahu, kurasakan bibir Patrick menyentuh kulitku yang sensitif di leherku dan turun ke pundakku sementara tangan-tangannya dengan mahir mempermainkan kedua payudaraku yang licin dan basah karena peluhku yang membanjir. Ciuman-ciumannya merangsangku sedemikian rupa sehingga aku tak dapat menahan desahan-desahanku, kutolehkan kepalaku ke kanan dan bibir kami pun kembali bertautan. Tangannya dengan lihai meremas-remas payudaraku dan memelintir putingku sedemikian rupa hingga aku hampir mendapatkan orgasme hanya dari remasan-remasannya. Untungnya sebelum aku mendapatkan orgasmeku salah satu tangannya menuruni perutku yang rata dan licin, celakanya tangannya berhenti di belahan vaginaku dan mulai menggosok-gosok klitorisku yang mambuatku semakin menggelinjang dan tubuhku pun melengkung ke belakang yang membuat tulang-tulang rusukku menepak di dadaku.
Gosokan-gosokan tangannya semakin intens dan hingga akhirnya …
“aaaaahhhh …. oooggghhhh …. UUUGHHHHHH ….. hhhmmmhhhhhhhh …..” aku tak mampu lagi membendung orgasmeku dan kakiku terasa lemas setelah aku mendapatkan orgasme ku. Patrick tidak diam saja, sambil salah satu tangannya menopang tubuhku, tangannya yang menggosok-gosok klitorisku kini beranjak masuk ke dalam belahan vaginaku dan ternyata G-spot ku dengan mudah ditemukannya dan dipermainkannya yang membuatku semakin menggila dan berteriak-teriak dalam hantaman orgasme yang bertubi-tubi. Ternyata Patrick sangat lihai dalam seks, dalam waktu 10 menit kedepan aku berkali-kali dihantam gelombang orgasme, mungkin ada 6 kali orgasme hingga aku sedikit berkunang-kunang.
Tubuhku sudah lemas sekali, tergeletak di lantai yang sudah dibanjiri keringat kami dan cairan orgasmeku. Aku terengah-engah tak berdaya ketika pahaku dibukanya dan penisnya yang besar itu memasuki vaginaku tanpa kesulitan yang berarti karena vaginaku memang sudah seperti tersambar tsunami saking basahnya. Kurasakan batangnya perlahan-lahan memasuki tubuhku, terasa jauh lebih nikmat daripada jari-jari yang sudah membawaku melayang-layang. Patrick menggoyangkan pinggulnya makin cepat, membangkitkan gairahku kembali. Tanganku mengusap-usap rambutnya yang basah berkeringat dan kamipun kembali berciuman dengan ganasnya. Kamipun akhirnya mengganti posisi, menurutnya ini adalah posisi kesukaanya, doggie style.
“Ooohhh … hmmm ….” aku mengerang ketika Patrick memajukan pinggulnya dan membenamkan penisnya kedalam kehangatan jepitan vaginaku.
“damn girl … you’re so tight!!” dia meracau memujiku ketika dia mulai menikmati kehangatan dan jepitan vaginaku, tumbukan-tumbukannya semakin menggila, satu tangannya meremas-remas payudaraku yang tergantung-gantung bebas terpental-pental maju mundur karena goyangan Patrick. Tubuhku sudah lemas dan basah kuyup berkeringat sampai menetes-netes membanjiri lantai namun hal ini makin menambah gairah persetubuhan kami. Patrick akhirnya sambil menumbuk tubuhku juga mempermainkan klitorisku dengan satu jarinya, tubuhku melengkung berdiri diatas lututku dan satu tangannya mempermainkan putingku, bibirnya mencupangi leherku dan kian membuatku menggila. Persetubuhan paling nikmat yang belum pernah kurasakan sebelumnya seumur hidupku. Selama 40 menit persetubuhan ini aku sudah dihantam orgasme 4 kali, sementara Patrick sendiri belum orgasme sekalipun juga, aku sampai berpikir bahwa aku bisa mati terlebih dahulu sebelum dia akhirnya mendapatkan orgasmenya.
Akhirnya kudorong dia berbaring dan kunaiki penisnya. Kuturunkan tubuhku sambil meringis karena vaginaku rasanya sudah agak perih dan panas karena persetubuhan gila-gilaan barusan. Setelah penisnya benar-benar terbenam dalam vaginaku, kugoyangkan pinggulku maju mundur, kujilati putingnya dan kugigit-gigit perlahan-lahan yang membuatnya mengerang-erang, usahaku berhasil! Ku kombinasikan gerakanku antara naik turun dan memutar ataupun maju mundur untuk merangsangnya hingga dia orgasme, celakanya akupun ikut terangsang dan sepertinya lebih dahulu mendapatkan orgasme.
“bite my nipples please ….” aku menyuruhnya menggigit putingku agar rangsanganku sedikit berkurang, Patrick ternyata keenakan mengulum-ngulum putingku dan meremas payudaraku seperti bayi yang menyusu, namun kadang-kadang digigitnya putingku yang ternyata makin membuatku terangsang. Akhirnya aku menyerah dan makin giat menggoyangkan pinggulku, keringatku sudah menetes-netes di dada Patrick, dipeluknya tubuhku erat hingga keringat kami menyatu dan diapun mulai menggoyangkan pinggulnya melawan goyanganku.
“Aaahhh …. mmm …. i’m coming ….” dia akhirnya memberikan tanda bahwa dia akan mendapatkan orgasmenya, aku pun juga sudah diambang orgasmeku dan kugoyangkan pinggulku semakin menggila dan akhirnya …
“HOOOOHHHH …. AAAHHHHH …. HMMHHHHHHH….. UUHGGGGHHH …..” kamipun orgasme hampir bersamaan, kurasakan semburan sperma yang sudah tersimpan beberapa bulan kuat membasahi liang vaginaku hingga tak tertampung lagi dan meluber keluar.
Aku tergeletak tak berdaya disampingnya, kami saling berpandangan dan hampir bersamaan kami berkata “wow … that was awesome …”
Batal sudah rencanaku untuk lanjut belajar karena aku akhirnya stay overnight di apartemen Patrick dan kami mengulanginya lagi beberapa kali hingga besok paginya aku pulang ke apartemenku dan dia mengambil cuti sakit karena kecapekan, aku sendiri hampir tidak meninggalkan ranjangku selama dua hari berikutnya karena kecapekan.
Semenjak itu kami beberapa kali berjanjian untuk having fun dan of course … sex!
Source : vip579